Ketika satu pintu kebahagiaan tertutup
Saat kata kehilangan makna
Syairpun tak sua pujangga
Semua resah luruskan sayap
Terpaku keelokan lara
Aduan Kegembiraan, kepedihan, ketakjuban,,,,,
Hingga nampak terduduk diabu emasnya
Melepuh,,,,,
Sekaranglah,,,,,
Hadirkan lagu peluruh lemah
Mampu menyatukan dalam darah
Setengah mati meraup jujur
Duduk berayun-ayun
Meski tanpa ucap dan meninggalkannya seolah lantunkan kata
Karena mereka yang menghargai kehilangan dari kebahagiaan
Melepas harap di atas pengorbanan
Akan tiba saatnya
Dimana senandung tiada indah
Berbekas mengerti apa tak terjelaskan
Mendengar apa tak terucap
Sang kelana menjawab,,,,,
Jika belum tercipta
Akan terlantunkan
Bila hanya nafas ini
Biar terbagikan
Saat kata kehilangan makna
Syairpun tak sua pujangga
Semua resah luruskan sayap
Terpaku keelokan lara
Aduan Kegembiraan, kepedihan, ketakjuban,,,,,
Hingga nampak terduduk diabu emasnya
Melepuh,,,,,
Sekaranglah,,,,,
Hadirkan lagu peluruh lemah
Mampu menyatukan dalam darah
Setengah mati meraup jujur
Duduk berayun-ayun
Meski tanpa ucap dan meninggalkannya seolah lantunkan kata
Karena mereka yang menghargai kehilangan dari kebahagiaan
Melepas harap di atas pengorbanan
Akan tiba saatnya
Dimana senandung tiada indah
Berbekas mengerti apa tak terjelaskan
Mendengar apa tak terucap
Sang kelana menjawab,,,,,
Jika belum tercipta
Akan terlantunkan
Bila hanya nafas ini
Biar terbagikan
Copyright © Tatar Pasundan
Posting Komentar