Saat jalan diambang pilihan
Dalam sisa tenaga dan harus berharap
Meski segenggam di wajah yang mulai kusut
Menuai tangis buliran keemasan
Ibarat raga telah bermakna kimia
Pesakitan saat menerima
Hujan mengguyur kulit terkikis
Kemarau memuncak kulit terbelah
Dilema kami menyakiti bumi
Ditemani kotak usang bersuara
Tanya terus menjerat ke Maha Pencipta
Maafkan kami selalu menanam
Selalu menebar bubuk perusak
Terus menyiksa tiada ujung
Hanya ini,,,,,
Menghidupi anak-anak kami
Bekal mereka walau tangis mengiringi
Belahan bumi yang terkoyak mereka kejar dan tempati
Ampuni kami,,,,
Amarah kian mendekat
Ampuni kami,,,,
Kelak kan menghimpit raga tak berjiwa
Namun,,,,
Dari kejauhan berbisik
Jadikanlah diri yang lembut daripada tiupan angin pegunungan
Dan,,,,
Lebih tinggi cita-cita di dunia daripada keberadaan bintang berkelip
Karena,,,,,
Dari kejauhan berucap
Kami ikut menikmati
Meski,,,,
Kulit bumi kian terinfeksi
Dalam sisa tenaga dan harus berharap
Meski segenggam di wajah yang mulai kusut
Menuai tangis buliran keemasan
Ibarat raga telah bermakna kimia
Pesakitan saat menerima
Hujan mengguyur kulit terkikis
Kemarau memuncak kulit terbelah
Dilema kami menyakiti bumi
Ditemani kotak usang bersuara
Tanya terus menjerat ke Maha Pencipta
Maafkan kami selalu menanam
Selalu menebar bubuk perusak
Terus menyiksa tiada ujung
Hanya ini,,,,,
Menghidupi anak-anak kami
Bekal mereka walau tangis mengiringi
Belahan bumi yang terkoyak mereka kejar dan tempati
Ampuni kami,,,,
Amarah kian mendekat
Ampuni kami,,,,
Kelak kan menghimpit raga tak berjiwa
Namun,,,,
Dari kejauhan berbisik
Jadikanlah diri yang lembut daripada tiupan angin pegunungan
Dan,,,,
Lebih tinggi cita-cita di dunia daripada keberadaan bintang berkelip
Karena,,,,,
Dari kejauhan berucap
Kami ikut menikmati
Meski,,,,
Kulit bumi kian terinfeksi
Copyright © Tatar Pasundan
Posting Komentar