Bagi masyarakat Tatar Sunda khususnya serta Pencinta Seni Budaya Daerah di seluruh Tatar Nusantara sepertinya sudah tidak asing lagi dengan nama Tati Saleh. Beliau adalah salah seorang Juru Kawih, Juru Tembang, Penari, Pemain Film serta Penggubah Tari Jaipongan yang sudah tidak asing lagi.
Tati Saleh dilahirkan di Jakarta pada tanggal 24 Juli 1944 dengan nama lengkap Raden Siti Hatijah Saleh. Pada tahun 60-an, Tati Saleh bersama dengan Indrawati Lukman, Irawati Durban, Tien Sapartinah dan Bulantrisna Jelantik dikenal sebagai penari istana.
Darah seni yang dimiliki Tati Saleh ini mengalir dari ayahanda tercintanya Rd. Abdullah Saleh. Pada zamannya ayahanda Tati Saleh ini dikenal sebagai Tokoh Seniman Ciamis yang sekaligus berprofesi sebagai Kepala Kebudayaan Ciamis. Ibundanya bernama Tjarwita Djuariah serta bertugas sebagi Kepala Urusan Dalam Rumah Sakit Ciamis yang juga mengajar Seni Tari dan Tembang.
Pendidikan formal Tati Saleh sewaktu SD dan SMP ditempuhnya di Ciamis. Sedangkan Sekolah Lanjutan Atas (SLA) ditempuhnya di KOKAR (Konservatori Karawitan) Bandung. Tati Saleh masih ingat, pada waktu sekolah di KOKAR yang menjadi Kepala Sekolahnya adalah Daeng Sutigna.
Ketika di KOKAR Tati Saleh seangkatan dengan Atik Sopandi dan juga Nano S. Tokoh yang mempopulerkan Seni Ibing Jaipongan bersama Euis Komariah dan Gugum Gumbira ini sangat tekun dengan kariernya. Bersama mereka pula Tati Saleh menggubah beberapa Seni Ibing Jaipongan seperti Lindeuk Japati, Rineka Sari, Mega Sutra serta beberapa kreasi Seni Ibing Jaipongan lainnya.
Pengalaman pertama Tati Saleh belajar tari selain dari ayahandanya juga dari tokoh Tari Sunda R. Cece Somantri pada tahun 1961. Ketika belajar di KOKAR Tati Saleh juga berguru pada R. Enoch Atmadibrata dan Ono Lesmana. Sejak usia 5 tahun, Tati kecil senang mendengarkan lagu-lagu kawih maupun tembang yang dinyanyikan Upit Sarimanah, Titim Fatimah dan Ibu Saodah. Bakatnya ini tersalurkan dengan berguru pada Mang Koko Koswara, Apung S. Wiratmaja dan Mang Bakang Abubakar, sewaktu sekolah di KOKAR. Tidaklah heran dengan ketekunannya belajar Seni Tembang itu, pada tahun 1961 Tati Saleh berhasil merebut gelar Juara II dalam Pasanggiri Tembang Sunda Cianjuran yang diselenggarakan DAMAS.
Falsafah hidup Seniwati Sunda yang sering melawat ke luar negeri mewakili Indonesia dan Jawa Barat ini adalah, dalam menjalani segala sesuatu termasuk menekuni profesi harus dijalani secara tuntas.
“Pokona mah kudu junun, ulah kapalang ngajalanannana, sarta ulah adigung, gumede jeung gede hulu,” ucap Tati Saleh yang low profile ini.
Tati Saleh dikaruniai 3 orang putera dan puteri masing-masing Mutia Purnamawati, Budi dan Lia Muliawati buah perkawinannya dengan Maman Sulaeman. Sedangkan muhibah seni Tati Saleh yang terakhir ke luar negeri adalah Jepang. Tati Saleh pergi ke Jepang bersama-sama dengan Nano S, mengikuti misi kesenian Jawa Barat selama 1,5 bulan.
Copyright © Tatar Pasundan
Posting Komentar